Header Ads Widget

}

Pro Kontra Sterilisasi Hewan, Bagaimana Penyayang Binatang Bersikap?

Pro kontra dalam debat kecil bisa terjadi dalam komunitas penyayang binatang, ada beberapa argumen yang menjadi dasar masing-masing menyatakan setuju dan tidak setuju menyikapi tentang sterilisasi.
unsplash.com/mscholte

Pendapat yang menyatakan setuju soal steril, secara umum dikategorikan dalam jumlah habibat kucing bertambah semakin banyak (over populated).

Disisi yang kontra, merasa bahwa tindakan tersebut adalah sikap manusia menghilangkan hak asasi hewan untuk memiliki keturunan.

Di bidang kesehatan, sebagai besar setuju bahwa steril terhadap hewan memberikan keuntungan pada hewan peliharaan.

Seputar soal steril pada kucing, anjing dan hewan
pexels.com/francesco-ungaro

1. Hewan jantan yang belum steril akan berkeliaran untuk mencari betina yang sedang lop. Mereka (jantan) dapat merespon dengan sikap gelisah, mengongong tanpa sebab, dan kemungkinan agak agresif. Hewan peliharaan seperti kucing dan anjing adalah makhluk dengan tingkat sensitif tinggi untuk mengenali aroma yang khas ketika betina mengalami lop.

2. Mencegah hewan kabur
Perginya kucing dan anjing tanpa sebab yang jelas bisa membuat pemiliknya pusing karena tidak tahu alasannya. Kucing dan anjing jantan yang mengendus aroma khas, dimungkinkan untuk keluar mencari penyebar aroma khas tersebut.

Pertualangan jantan selama mencari, bisa menyebabkan beberapa insiden terjadi, misalnya berkelahi dengan sesama jantan dalam perebutan hingga kecelakaan di jalan raya atau hilang sama sekali tidak bisa kembali ke rumah.

3. Kucing atau anjing jantan yang terpanggil, umumnya menandai lokasi tertentu dengan pipisnya. Tanda yang disiramkan untuk pemberitahuan wilayah dominasi yang dikuasainya. Satu lagi, pipis hewan ini berbeda dan biasanya lebih bau menyengat dibanding pipis normal.

5. Sekarang kesehatan untuk sisi betina. Hewan peliharaan yang di steril, maka organ tertentu tersebut sudah diangkat oleh dokter hewan. Sehingga bagian tersebut tidak menyebabkan masalah kesehatan.

Apakah sterilisasi bisa menimbulkan penyakit tertentu pada kucing dan hewan ?

pixabay.com/markusspiske

Pertanyaan seperti ini juga masih ditelusuri penulis. Pada penelusuran, ada yang menduga bisa saja menimbulkan penyakit lain. Sumber

Namun keputusan akhirnya, ia juga mensterilkan seluruh anjing dan kuncingnya. Berdasarkan keputusan yang dipilih pembuat tulisan, saya beransumsi melakukan steril memberikan manfaat lebih besar dibandingkan tidak melakukannya.

Seandainya pemilik tidak ingin tindakkan steril, apa yang harus dilakukan?

unsplash.com/karlkiwi90

Mengutip laman tanyadokterhewan.com menerangkan, keputusan tidak melakukan sterilisasi pada kucing atau anjing dimungkin saja. Namun, pemilik hewan peliharaan perlu mempertemukan untuk dijodohkan hingga masuk masa kehamilan. Sumber

Tidak melakukan steril dan membiarkan betina tidak melahirkan, resiko pada peningkatan radang rahim hingga penyakit kanker kelenjar susu akan semakin besar.

Resiko jika kucing dan anjing tidak steril

pixabay.com/Free-Photos

Setiap makhluk hidup mempunyai proses alami dalam menjaga persiapan masa lop dan kelahiran, hal tersebut berjalan normal hingga di suatu titik.

Diperkirakan dalam proses lop hingga kelahiran terjadi, maka embrio mengisi rahim. Jika proses lop hingga kelahiran tidak berjalan, maka terbukanya leher rahim terus berulang selama masuk siklusnya. Hal tersebut (kegagalan berulang-ulang) membuat otot semakin tebal dan aliran darah menjadi lebih cepat.

Kondisi terbukanya leher tersebut beresiko terhadap bakteri untuk masuk dan menginfeksi.

Peningkatan populasi kucing dan anjing liar perlu mendapatkan penanganan terpadu dengan seluruh pihak terkait.

Mengutip tempo.co yang menyebutkan, data kucing yang berada di DKI Jakarta saja sudah lebih dari 30 ribu ekor. Peningkatan yang dinilai sangat besar, membuat Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta bekerja ekstra memberikan vaksin terhadap hewan tak bertuan tersebut. Selain program vaksin terhadap satwa liar yang ditangkap, juga menjalani sterilisasi. Sumber

"Ada 19.753 kucing yang sudah diberi vaksin rabies per Januari sampai Oktober 2018 ini," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas KPKP, Sri Hartati, ketika ditemui di kantornya, Kamis 15 November 2018.

Rabies dan penularan

pixabay.com/Gellinger

Penularan rabies masih dianggap oleh sebagian besar masyarakat bersumber dari gigitan anjing. Sebenarnya, semua makhluk mamalia misalnya kucing pun beresiko menularkan rabies kepada hewan lain atau korban yang digigitnya.

Untuk pencegahannya, hewan perlu mendapat vaksinasi secara teratur menurut dokter hewan.

Rabies adalah penyakit yang bisa menyerang banyak hewan, mulai dari anjing, kucing, rubah dan hewan yang lain, ada kecenderungan tinggi beresiko terinfeksi rabies jika dibiarkan bebas.

Post a Comment

0 Comments